Ayat Renungan:
Bilangan 12: 3, “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.”
Bilangan 14: 5, “Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ.”
Memegang sebuah jabatan biasanya dibarengi dengan tanggung jawab yang besar. Saat apa yang menjadi hak bawahan tidak terpenuhi, seorang pemimpin akan didesak atau dituntut untuk memenuhinya. Lalu bagaimana seharusnya seorang pemimpin meresponi tekanan ini? Apakah dengan marah atau tenang?
Di Perjanjian Lama kita bisa menemukan cerita Musa dan Harun yang sedang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Lalu dalam perjalanan memasuki Tanah Kanaan, mereka mengirim kesepuluh pengintai untuk melihat keadaan di Tanah Kanaan. Delapan pengintai diantaranya membawa kabar menakutkan dan memberitahukannya kepada orang-orang. Keberadaan raksasa dan pasukan tangguh Kanaan membuat mereka mulai ketakutan dan marah. Satu-satunya sasaran kemarahan mereka adalah Musa.
Kita bisa bayangkan orang marah ke kita dan mempersalahkan keputusan kita. Seorang pemimpin seperti Musa pun meresponi ketakutan dan kemarahan bangsa itu dengan cara yang berbeda. Alih-alih meledak dengan kemarahan, Musa dan Harun tersungkur di hadapan seluruh bangsa Israel (Bilangan 14: 5).
Ini adalah jawaban yang tepat mengapa Musa dipakai TUHAN dengan cara yang luar biasa. Meski sebelum TUHAN memilih Musa memimpin bangsa Israel, dia adalah sosok yang pemarah dan sombong. Dia bahkan pernah membunuh karena kegeraman hatinya. Tapi sosok ini berubah setelah bertemu TUHAN. Hati Musa tidak pernah sama lagi. Dia berubah dari sosok yang sombong menjadi sosok yang paling rendah hati, seperti disampaikan dalam Bilangan 12: 3, “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.”
Saat berhadapan dengan masalah, Musa memilih rendah hati. Mereka bukan saja tidak membela diri, tetapi datang dengan tersungkur di hadapan orang-orang itu. Tahukah Anda apa yang terjadi saat dia melakukannya? TUHAN sendiri bertindak atas bangsa Israel!
Kisah ini jadi pengingat bagi kita bahwa kerendahan hati akan selalu mendatangkan hadirat TUHAN atas setiap persoalan hidup kita. Ketika pemimpin dituntut habis-habisan oleh bawahan, dia harus bisa menaruh egonya dan merendahkan diri untuk mau mendengar. Atau saat kita diserang habis-habisan dengan kata-kata makian atau hinaan dari seseorang, kita punya pilihan untuk meresponinya. Kita bisa memilih untuk merendahkan diri dan membiarkan TUHAN yang membela kita.
Jadi, saat dunia kita penuh badai, kita hanya perlu memiliki kerendahan hati untuk meresponi keadaan. Sehingga kita bisa tetap tenang karena percaya kuasa TUHAN bekerja. Hanya dengan mengandalkan kuasa TUHAN saja, kita bisa mengalami hal-hal yang supernatural.
Action: Hari ini ambil waktu lima menit Anda untuk menuliskan nama-nama orang yang membuat hidup Anda sulit. Lalu berdoalah untuk mereka dengan penuh kerendahan hati. Minta TUHAN yang menjamah hati mereka.
Ayat Hafalan: Filipi 4: 13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”